Setelah kita menyebutkan perkataan Imam Asy-Syafii dan Imam Waki’
(salah seorang guru Imam Asy-Syafii), kita akan menyebutkan beberapa
perkataan ulama yang lain tentang Sufiyah [Shufiyyah] atau tasawuf [tashawwuf, tashowwuf].
1. Imam Malik (guru Imam Asy-Syafii) –rohimahumalloh-
Al-Qodhi ‘Iyadh rohimahulloh berkata dalam kitabnya Tartib Al-Madarik Wa Taqrib Al-Masalik 2/54:
At-Tinisi berkata: Kami dulu berada di sisi Malik, dan para muridnya
berada di sekelilingnya. Kemudian seorang dari penduduk Nashibiyin
berkata: “Di tempat kami ada satu kaum yang disebut dengan sufiyah,
dimana mereka makan banyak, kemudian mereka mulai membaca
qasidah-qasidah [qashidah, qoshidah], kemudian bangkit dan menari.” Maka
Imam Malik berkata: “Apakah mereka anak-anak?” Dia menjawab: “Tidak.”
Imam Malik bertanya: “Apakah mereka orang-orang gila?” Dia menjawab:
“Bahkan mereka adalah para tokoh agama yang berakal!” Maka Imam Malik
berkata: “Aku tidak mendengar bahwa seorang muslim akan melakukan
demikian.”
2. Imam Ahmad bin Hambal (murid Imam Asy-Syafii) –rohimahumalloh-
Beliau memperingatkan dari berteman dan duduk-duduk dengan mereka.
Beliau pernah ditanya tentang nasyid-nasyid dan qasidah-qasidah –yang
disebut sima’- yang dilakukan Sufiyah. Maka beliau mengatakan: “Itu
perkara yang diada-adakan dalam agama (tidak ada landasannya dalam agama
Islam).” Kemudian ditanyakan kepada beliau: “Apakah boleh kami
duduk-duduk dengan mereka?” Beliau menjawab: “Tidak.”
Dan Imam Ahmad juga berkata tentang Al-Harits Al-Muhasibi –seorang imam
tasawuf-. Maka beliau berkata kepada murid-muridnya: “Aku tidak
mendengar tentang hakekat-hakekat seperti perkataan orang ini. Dan aku
tidak berpadangan engkau boleh duduk-duduk dengannya.” (Tahdzibut Tahdzib 1/327)
3. Abu Zur’ah Ar-Rozi -rohimahulloh-
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolani berkata dalam At-Tahdzib:
Al-Bardza’i berkata: Abu Zur’ah ditanya tentang Al-Muhasibi dan
kitab-kitabnya, maka dia menjawab: “Hati-hati kamu dari kitab-kitab ini,
(yang berisi) bid’ah-bid’ah dan kesesatan-kesesatan. Dan wajib kamu
berpegang teguh dengan al-atsar (hadits, sunnah, petunjuk Rosululloh
shallallahu ‘alaihi wa sallam), sesungguhnya engkau akan mendapati dalam
atsar yang mencukupimu dari kitab-kitab ini.”
Kemudian ada yang bertanya kepadanya: “Di dalam kitab-kitab ini ada pelajaran?”
Dia menjawab: “Barangsiapa yang tidak mendapat pelajaran dalam
Kitabulloh, maka dia tidak akan mendapat pelajaran dalam buku-buku ini.
Apakah telah ada kabar sampai kepada kalian bahwa Imam Malik, Sufyan
Ats-Tsauri, atau Al-Auza’i atau para imam lainnya menulis kitab-kitan
tentang lintasan-lintasan hati dan was-was (bisikan-bisikannya) serta
perkara-perkara ini? Kaum sufiyah ini telah menyelisihi para ulama.
Kadang mereka membawa Al-Muhasibi kepada kita, kadang membawa Abdurrohim
Ad-Daili, dan kadang membawa Hatim Al-Ashom… Betapa cepatnya manusia
berlari menuju para ahli bid’ah ini.”
Orang-orang sufi itu berpaling dari syariat Islam, karena mereka
bodoh tentang syariat dan suka mengada-adakan perkara agama dengan
pendapat ro’yu (akal) mereka. Mereka senang dengan ghuluw (sikap
berlebih-lebihan) dalam beragama dan beribadah.
Begitulah kebanyakan orang yang mengaku bermadzhab syafii, tidak
mengambil pendapat/perkataan Imam Asy-Syafii kecuali yang mencocoki hawa
nafsu mereka dalam masalah fiqih dan ibadah. Sedangkan dalam masalah
aqidah dan manhaj tidak menempuh jalan yang ditempuh beliau. Padahal
masalah aqidah dan tauhid itulah dasar agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar